Senin, 09 Desember 2013

Kemudian dia benar-benar hilang

Pernah, aku merasa bahagia. Kabarku pernah lebih baik dari hari ini. Pernah, Hujan memintaku berteduh sejenak di bawah rindangnya pohon sewaktu sore. Tetesan demi tetesan membawa sejuta kebahagiaan didalamnya. Dinginnya seolah terlupakan ketika aku tersadar, bahwa, aku tak akan pernah sendiri lagi.

"Kita pulang saja ya?"

Aku terdiam. Kamu mengerti, dan waktu itu terasa sangat indah saat kamu selalu tahu dan mengerti.
Kami berlari dibersama rintik-rintik hujan. Kami tertawa diantara ribuan air bumi. Kami telarut bersama mereka. Kami lakukan itu hingga hujan membuat kami bosan.

"Bagaimana dengan ring basket di sudut sana?", katamu langsung menarik pergelangan tanganku.

Aku hanya mengikuti alur yang kamu buat. Semua terlihat rapi dan sempurna. Tingkahmu dan seluruhnya. Aku seperti tersihir. Kata orang 'kita akan membuatnya jatuh cinta saat berhasil membuatnya tersenyum', tapi semua itu harus diubah ketika aku bersamamu, karena aku malah jatuh cinta berkali-kali saat melihat kamu tersenyum, tertawa, dan melihat tingkahmu. 

Hujan masih menahan kami di sebuah pusat perbelanjaan. Kami rindu pulang. Kami sudah menyerah sekarang. Kebahagiaan yang berlebihan.

"Kamu senang?", tiba-tiba dia bertanya dan aku mengangguk.
"Kamu bahagia?", jawabanku masih sama.
"Bagaimana jika aku pergi?", jawabanku tak lagi sama. Aku mengabaikannya, kemudian aku kembali menikmati hujan diluar sana.

"Sudah maghrib, bagaimana kita pulang?"
"Tunggu saja sampai reda, jangan cari penyakit", kataku sembari menyentuh rintik-nya.
"Jangan ambil resiko, kita tidak mungkin terjebak semalaman, aku punya tanggung jawab mengantarmu pulang sebelum larut", sahutnya membuatku tersenyum, aku mengiyakan pintanya. Dia punya tanggung jawab.

Disepanjang perjalanan, dia terus bertanya bagaimana keadaanku. Aku bilang 'aku baik-baik saja dan aku merasa bahagia'. Keadaan yang dikata orang adalah romantis.

"Maaf sudah membuatmu dingin, maaf sudah membuatmu basah"
"Tidak apa, aku senang, kamu yang seharusnya aku khawatirkan. Terimakasih. Aku suka hujan, sebagai penanda bahwa kita pernah ada."

Perlahan hadirnya semakin hilang, hingga kemudian dia benar-benar hilang.

0 komentar:

Posting Komentar